Sabtu, 17 November 2012

Puisi-Puisi Cinta






Selamat siang writers.

Hari ini ruang redaksi dihebohkan dengan para editor yang sibuk membuat puisi cinta. Pusing sebab masing-masing harus membuat 15 puisi cinta dalam waktu yang terbatas. Dan karena mimin sedang pengen dapet puisi cinta, mimin pun share keinginan mimin ke follower. Dan tak disangka, banyak yang kirim puisi ke mimin. Walau ada puisi patah hati, tapi tak apalah, mimin hargai usahanya buat ngirim ^^

Nah ini dia puisi teman-teman yang dikirim buat mimin. Bikin terharu dan senyum-senyum sendiri. Berasa puisinya memang ditujukan untuk Mimin. Ehehehehe...


Seperti cahaya,

aku tak pernah paham seberapa cepat cintamu sampai merambah dadaku--tumbuh lalu mekar begitu liar; menjadi nafas yang sesak tiap kali aku tak menyebut namamu.

Seperti kegelapan, aku tak pernah mengerti bagaimana tiba-tiba saja kau membuatku buta, membuatku menerima apa yang seharusnya tak kuijinkan berdiam di hati. Kau terlalu gelap untuk terlihat, namun perasaan yang hadir bersamamu itu terlanjur merayap ke sekujur tubuhku sebagai getaran-getaran yang selalu membuatku teringat, membuatku rindu.

Kau adalah cinta yang tak pernah kupahami asal muasalnya.
Kau adalah rindu yang salah alamat dan tak mau pergi.
Kau adalah ingatan-ingatan yang lahir begitu saja tanpa pernah terjadi sebelumnya.
Kau, harapan yang memaksa tumbuh di dadaku--sebuah harapan yang ingin diwujudkan: menyatukan kita.
@chandrawily


Pagi ini,

tiba-tiba saja hujan jatuh ke kotaku--bukan berupa air yang mendinginkan, melainkan gugur cahaya yang menyemarakkan rasa hangat.

Tersebab kau, kota ini menjadi begitu indah. Bunga-bunga tumbuh bermekaran, kupu-kupu terbang tinggi-tinggi tanpa takut sayap mereka remah.

Aku sudah bahagia.
Aku sudah membunuh kesedihan.

Teruntuk Tuhan yang menuliskan takdir begitu indah, kami adalah sepasang hati yang tak pernah lelah bersyukur, yang tak pernah lupa bagaimana bernyanyi dengan doa-doa.

Pagi ini, tiba-tiba saja hujan jatuh di kota kita. Kau dan aku menadahnya sebagai kebahagiaan yang tak habis. Tak pernah habis.

@chandrawily


Pohon di Tengah Ilalang

Pagi menghantar secercah sinar mentari membasuh wajah ceritaku.
Pohon di tengah ilalang membiarkan dirinya bermandi terik,
Pori-porinya mengecap perih tebaran debu yang tertempa angin.
Kepada malam, ia mengadu syahdu.
Dalam balutan temaram bintang,
Ia bersahabat dengan senyap,
menyenandungkan nada hati.
Menanti gerimis di tengah kemarau.
Menanti hangat mentari di tengah badai yang bergolak.
Aku, pohon di tengah ilalang,
yang menanti kamu sebagai awan peneduh peluh.

Best Regard
@chey_yuanita


Hari perpisahan kita

hari perpisahan kita adalah akasia yang mekar, raflesia
tiba-tiba tumbuh di halaman rumah, dan hujan
membentuk komposisi yang menyenangkan. tidak ada
perpisahan seindah ini kan?

hari itu, jangan menangis. karena tangis terlalu mudah dihapus
dengan sekotak tisu dan sebuah bahu. hari itu, pakailah busana
sederhana, seperti kata sederhana yang selalu kuucapkan, kau
ucapkan, dan kita tenggelamkan.

di hari perpisahan kita aku mungkin hanya akan mengucapkan
dua tiga patah kata, sebab makin banyak bicara makin membual,
dan makin membuat hati kita runtuh, jatuh, luruh.

aku harap hati itu akan menyenangkan, sebab wajahmu yang eksotis
akan selalu terbayang di mataku yang tak buta warna, yang tak silendris.
di hari itu aku hanya akan mengucapkan, “senang mengenalmu,
semoga kita bisa bertemu lagi di masa lalu!”
(2011)


Bagaimana kukatakan

rindu yang berdentam
menghantam benteng pertahanan
mengalirkan arus bergelombang
melesat bagai bintang berekor

Bintang hatiku kan jatuh di mana
ke mana rasa ini kan kulabuhkan?

Menjumpaimu,
mungkin kan hapuskan selasa asa tak tergapai
segunung rindu yang membuncah
mengembangkan kuncup-kuncup bunga dalam taman hati.

ID Twitter @1407ms


Dan ini dia puisi dari Editor LeutikaPrio... Yey!!

Rindu


Kau hadir dalam bait rindu
Selayak wangi kemuning bagi dini hari
Dan kala itu, kita tak pernah paham arti senja yang kita kejar
Arti pagi yang membangunkan kita untuk berlari
Aku tak menyesal, andai awan berubah kelabu
Aku tak menyesal, andai duniaku berakhir
Tak mengapa, bila mungkin waktu tak pernah mempertemukan mimpi kita
Asal kamu yang selalu ada di hatiku
Tidak yang lainnya…




Kita sepasang hati

Tumbuh di musim penghujan yang ketiga
Semula adalah pucuk diselimuti kelopak waktu
Sembunyi di dalam tirai tak bernama
Kita sepasang hati, mekar di ujung pagi
saling mengirim wangi, tersenyum pada awan-awan
Kita sepasang hati, menyambut senja bersama
Setiap waktu, dan selamanya…

0 komentar: