Kamis, 23 Februari 2012

Self Publishing: Langkah Bijaksana Bagi Penulis

Banyak cara orang menjajakan barang dagangannya. Tujuan utamanya tentu agar dagangannya cepat laku. Seorang penjual koran, misalnya, menjajakan korannya di perempatan dengan membacakan berita-berita utama (headline news) agar calon pembeli bisa cepat tertarik dengan koran dalam genggamannya, dan akhirnya membelinya. Mereka tidak cukup dengan cara konvensional yaitu menyebut kata “koran” berkali-kali.

Demikian halnya dalam dunia penerbitan buku. Ada cara penerbitan buku yang dilakukan oleh penulisnya sendiri yang disebut: sef-publishing. Menurut situs Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Self-publishing), self-publishing is the publication of any book or other media by the author of the work, without the involvement of an established third-party publisher. It is generally entirely done at the expense of the author. Yang artinya: Penerbitan sendiri adalah publikasi buku apa saja atau media lain oleh penulis atau pengarang, tanpa melibatkan pihak ketiga penerbit ternama. Penerbitannya secara umum dibiayai oleh si penulis.

Singkatnya, penulis cukup menulis bukunya (fiksi atau non fiksi), lalu menyerahkan naskahnya kepada pihak penerbit untuk melakukan editing seperlunya, menjilid, dan mempublikasinya.

Mengapa self publishing?

Saat ini banyak sekali penulis berbakat yang karya tulisnya sulit diterbitkan, sementara pihak penerbit terutama yang sudah terkenal semakin selektif untuk menerbitkan buku-buku. Masih menurut Wikipedia, ada beberapa alasan mengapa penerbit tidak dapat menerbitkan karya tulis penulis itu, yaitu:

  • Author is unknown (Penulis tidak terkenal).
  • Topic is obscure (Topik kabur atau tidak dikenal).
  • Topic is controversial (Topik mengandung hal kontroversial).
  • Topic is only of interest to a small geographic area or a small group of people (Topik hanya dalam wilayah atau kelompok masyarakat kecil).

Oleh karena itu, meskipun ada penulis memilih self-publishing dengan alasan tidak setuju tulisannya diedit oleh pihak penerbit dan ingin menguasai jalur pemasaran bukunya, self-publishing adalah alternatif yang sangat membantu penulis mewujudkan cita-citanya untuk menerbitkan karya tulisnya.

Berikut beberapa alternatif self-publishing yang patut untuk diketahui:

  • Vanity publishing; kontrak penerbitan di mana penerbit mengandalkan keuntungan dari fee penulis, bukan dari hasil penjualan.
  • Subsidy publishers; penerbit selektif dalam menerbitkan buku penulis, dan mendapat bayaran dalam pencetakan dan penjilidan, namun ikut membiayai sebagian biaya editing, distribusi, penyimpanan, dan beberapa tingkat pemasaran.
  • Self-publish outsourcing; penulis menyediakan semua biaya penerbitan seperti: editing, kerangka, format, registrasi, ISBN (International Standard Book Numbers), seni, fotografi, pencetakan, pemasaran, distribusi, penyimpanan, dan lain-lain.
  • Micropublishing; teknik penerbitan yang efisien, biasanya dibuat, dijual, dicetak, atau didistribusikan dalam format ebook di internet.
  • Print on Demand (POD) atau Print Quantity Needed (PQN); penerbit memanfaatkan jaringan pemasaran buku atau internet untuk mempublikasikan buku yang siap dicetak begitu ada pesanan. Penerbit juga akan menyediakan fasilitas berupa rancangan sampul, editing, layout, proof-reading, pemasaran dan publisitas yang dibiayai oleh si penulis.

Sedangkan jenis-jenis buku atau karya tulis yang sangat menjanjikan untuk diterbitkan lewat self publishing adalah: buku tahunan (year books), buku manual (how-to-manuals), buku panduan teknis (technical guides), buku sejarah keluarga (family histories), buku panduan kota kecil (small town guides), buku jejak rekam rohani (religious tracts), buku perjanjian politik (political treatises), novel pembaca terbatas (limited-audience novels), dan lain-lain.

Di Indonesia saat ini sudah hadir penerbit LeutikaPrio—LeutikaPrio adalah lini Leutika Publishers yang menjadi lini self-publishing sejak November 2010—yang siap membantu penulis untuk mempublikasikan karya-karyanya dengan tipe self-publishing Print on Demand (POD). Penerbit ini akan menerima jenis tulisan (genre) apa saja untuk diterbitkan, dengan tujuan ikut memajukan dunia literasi Indonesia.

Self publishing, pilihan yang menjanjikan untuk Guru PNS

Dapat menerbitkan karya tulis sendiri tentu akan sangat menyenangkan, apalagi kalau tulisan itu menjadi sebuah keharusan. Mari kita ambil satu contoh mengapa menulis menjadi sebuah keharusan. Bagi kalangan guru Pegawai Negeri Sipil ada peraturan pemerintah yang mengharuskan guru membuat sebuah karya tulis ilmiah—ini adalah salah satu dari lima macam kegiatan Pengembangan Profesi untuk kenaikan pangkat dari golongan IV A ke IV B. Empat kegiatan lainnya adalah: menemukan teknologi tepat guna, membuat alat peraga/bimbingan, menciptakan karya seni, dan mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum—yang sudah mendapat pengakuan publik atau diterbitkan.

Tapi sayangnya, belum lagi guru menulis, sudah banyak pihak yang meragukan kemampuan guru menulis. Sebenarnya guru tidak pandai menulis. Mereka hanya kurang percaya diri dengan kemampuan mereka. Di samping itu mereka seperti dihantui oleh pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka tertahan untuk menulis;

Pertama: apakah keaslian karya tulis ilmiah guru itu bisa dipercaya mengingat begitu banyak sumber-sumber (terutama situs internet) yang menawarkan karya-karya tulis gratis dengan beragam tema untuk diunduh dan dicetak?

Kedua: apakah mutu tulisan guru tersebut berbobot dan dapat diterima publik/pembaca umum mengingat ada kecenderungan redaksi media massa/penerbit hanya menghendaki karya-karya tulis dari penulis-penulis terkenal dan handal (yang sudah lama menjadi jurnalis, koresponden atau kolumnis suatu media massa, atau yang memiliki latar belakang pendidikan dan profesi yang hebat dari luar negeri)?

Penulis pernah membaca artikel-artikel penulis ternama seperti Rosihan Anwar atau Goenawan Muhamad. Bahasa tulisan mereka sebenarnya biasa-biasa saja. Ide yang mereka sampaikan juga tidak rumit dan mudah dimengerti. Seorang guru yang pada saat ini sudah minimal berpendidikan sarjana S1 sudah pasti memiliki ide-ide lain yang brilian dan masuk akal untuk menjadi sumbangsih yang berharga terhadap setiap masalah pendidikan di negeri ini. Hanya saja mereka kesulitan dalam mengejawantahkan idenya kedalam bentuk tulisan, sehingga opini mereka sering disamarkan. Syukurlah hadir self publishing, mereka tidak perlu putus asa lagi. Mereka pasti akan terbantu.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam self publishing :

Sekalipun orang bisa menerbitkan tulisan sesuka hatinya dengan biaya yang tergolong murah—LeutikaPrio cuma mematok lima ratus ribu rupiah per satu paket penerbitan—mereka sebaiknya tetap menjaga etika dalam menulis, terutama untuk jenis karya tulis ilmiah. Berikut beberapa hal yang patut diperhatikan agar buku terbitan itu kelak tidak menimbulkan tuntutan hukum, atau malah tidak laku:

Hindari plagiasi
Dengan adanya jaringan internet yang mudah diakses dan murah, banyak informasi yang bisa diperoleh dengan mudah pula, dan gratis. Tulisan-tulisan dalam format digital (ebook) memang akan sangat membantu setiap penulis dalam melengkapi tulisannya. Namun, penulis sebaiknya tidak asal kutip kalimat-kalimat yang tersedia secara on-line itu. Mereka harus mencantumkan sumber website atau judul ebook dan pengarangnya, dan menyebutkan tanggal dan jam mengunduhnya. Penulis juga harus saling menghargai karya orang lain.

Tetap Ada Referensi Aktual
Buku-buku ilmiah sering menyajikan informasi penting yang terkadang menjadi bahan kajian pembacanya. Oleh karena itu, penulis harus menampilkan sumber atau alamat situs informasinya dengan jelas dan benar. Dengan demikian, orang yang membaca buku itu akan puas dan pantas menghargai karya tulisnya.

Sajikan Jati Diri Sebenarnya
Menampilkan nama samaran memang menjadi kepuasan tersendiri. Tapi tidak ada salahnya seorang penulis menampilkan jati diri selengkapnya seperti: nama, tempat dan tanggal lahir, profesi, alamat rumah, alamat email, dan buku-buku atau karya tulis lain yang sudah terbit. Tujuannya adalah agar para pembaca mengenal data pribadi penulis lebih dekat. Selain menjadi ajang promosi diri, menampilkan bio-data penulis juga menunjukkan bahwa dirinya benar-benar penulis buku yang bertanggung jawab.

Terbitkan buku Anda sekarang
Anda mungkin pernah membaca buku-buku laris (best sellers) seperti: Spartacus oleh Howard Fast, atau Poems in Prose oleh Oscar Wilde, atau mengenal nama-nama pengarang terkenal seperti Edgar Allan Poe, William Blake, atau Mark Twain. Mereka adalah beberapa contoh penulis yang pada awalnya pernah memilih jalur self-publishing untuk menerbitkan karya-karyanya.

So, what are you waiting for?
Tunggu apa lagi?

Ditulis oleh :  Robinson Elohansen

4 komentar:

  1. Berbagi Kisah, Informasi dan Foto

    Tentang Indahnya INDONESIA

    www.jelajah-nesia.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. menarik sekali itu, saya langsung kunjungi :)
      thanks dah mampir :)

      Hapus
  2. sangat lengkap dan bermanfaat, thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sama-sama, sudah menjadi tugas untuk berbagi ilmu :)

      Hapus