Kamis, 23 Februari 2012

Self Publishing: Personal Branding






Writing is not job, It’s a Business!

--Dan Poynter--
Branding adalah semua hal yang dipikirkan orang lain tentang Anda
--Al Ries dan Laura Ries--
Awali branding Anda dengan tulisan
--Edy Zaques--

Dan Poynter, peletak dasar self-publishing, menggagas self publishing dengan salah satu alasannya adalah masalah ekonomis. Tidak dapat dipungkiri lagi, ujarnya, bahwa dunia penerbitan adalah dunia bisnis yang menggunakan kacamata untung-rugi dalam setiap aktivitasnya. Maka tidak heran jika kemudian ada penolakan pada naskah-naskah yang masuk ke meja redaksi, karena salah satu alasan penolakan tersebut adalah naskah tersebut dinilai tidak mempunyai nilai jual bagi masyarakat.

Hal ini lazim untuk dipahami. Penerbit, sebagai lembaga terkait hal ini, tentulah mempunyai komponen-komponen yang memerlukan dana. Penerbitan kecil saja, ulasan dari Kang Arul, penulis buku writerpreneurship membutuhkan setidaknya biaya gaji karyawan bagian redaksi dan bagian pemasaran. Lain lagi bagi komponen kantor seperti rekening listrik, pembelian ATK, penyediaan komputer dan pendukungnya, pulsa atau tagihan telepon, biaya ekspedisi, sampai pengeluaran biaya untuk produksi sebuah buku. Belum lagi hak penulis dalam bentuk royalti atau pembelian putus.


Maka dengan alasan ekonomis tersebutlah, muncul gagasan self-publishing Dan Poynter!

Lantas, apakah kaitan self-publishing dengan personal branding?

Dalam beberapa pelatihan menulis, saya sering berdialog dengan peserta dengan mengajukan pertanyaan berikut:

Kita sadar bahwa langkah paling mudah untuk menulis adalah menuliskan apa yang terjadi pada diri kita sehari-hari. Hal itu seperti menulis diary. Namun, apakah ada orang yang mau membaca tulisan tersebut?

Peserta pelatihan tidak langsung menjawab. Mereka hanya tersenyum.

Jika presiden menuliskan kegiatan sehari-harinya, adakah yang mau membaca?

 “Ada...!” peserta menjawab serempak

 “Artis? Penyanyi? Tokoh intelektual?

 “Ada...!”

Jika kita?

Peserta kembali terdiam dan hanya menjawab dengan senyuman.

Mengapa?

Salah satu alasannya adalah karena mereka mempunyai personal branding yang menjadikan setiap orang mengenal mereka dengan cara tersendiri. Al ries dan Laura Ries, dalam bukunya 22 Immutable Laws of Branding, mengatakan bahwa proses branding adalah sebuah umpan balik dari yang ada dalam pikiran orang lain karena, branding adalah semua hal yang orang lain pikirkan tentang Anda.

Nah, lewat self-publishing tersebutlah, kita dapat mengawali pembentukan personal branding bagi diri kita masing-masing. Menjual tulisan karya sendiri --yang dibukukan secara self-publishing terbukti ampuh. Edy Zaques mencontohkan sosok Hermawan Kartajaya, Renald Khasali, Ary Ginanjar, Mario Teguh, Andrie Wongso, Andrias Harefa, Safir Senduk dan lain sebagainya. Sebagai contoh konkrit para penikmat fungsi dan manfaat buku sebagai alat personal branding. Itu semua dikarenakan buku mempunyai citra ‘barang intelektual’ yang akan mempersepsikan seseorang sebagai seorang yang pandai dan ahli dalam bidangnya. Buku juga menjadi pengakuan akan kredibilitas dan keahlian. Lebih lanjut lagi, buku dapat menjadi media yang lebih kompetitif dalam meningkatkan personal branding dibanding iklan di media cetak atau elektronik karena relatif lebih mudah dikreasikan dan lebih murah dalam pembiayaan.

Awal tahun 2010, guru menulis saya, N. Faqih Syarif, menawarkan saya untuk melakukan self-publishing karena melihat apa yang saya tulis di note facebook dan juga blog. Beliau akhirnya membantu saya untuk menerbitkan buku yang diberi judul Menulis Itu Asyik Lho!: Langkah Asyik Melejitkan Potensi Menulis. Terbit di bulan Februari di tahun yang sama, saya tidak menyangka bahwa buku tersebut akhirnya mengantarkan saya pada pengalaman yang amat menggairahkan. Lewat buku tersebut saya belajar untuk menjadi seorang trainer yang berbagi pengalaman tentang menulis.

Pengalaman tersebut menjadikan saya lebih semangat untuk menulis. Koran menjadi target saya selanjutnya. Undangan untuk mengadakan pelatihan semakin banyak seiring semakin banyaknya tulisan saya yang dipublikasikan. Oktober 2010, antologi pertama saya terbit. Desember 2010, antologi kedua juga terbit. Yang pertama berjudul Menulis, Tradisi Intelektual Muslim terbitan Youth Publisher, sedangkan yang kedua adalah Be-Positive terbitan Leutika.

Saya benar-benar merasakan bahwa personal branding melalui tulisan begitu ampuh. Februari 2011, berkat peningkatan personal branding yang saya awali dengan self-publishing akhirnya membuat saya mampu untuk meyakinkan Gramedia Pustaka Utama agar menerbitkan buku saya yang berjudul Peaceful Jihad For Teens.

Pengalaman di atas, semakin membuat saya yakin pada apa yang dikatakan oleh Dan Poynter ketika mengajak banyak orang untuk melakukan self-publishing lewat bukunya self-publishing manual: Tulislah buku Anda! Cetak sendiri dan jual! Buku tersebut akan meningkatkan personal branding Anda sehingga dikenal oleh orang banyak. Dikenal banyak orang akan membawa Anda pada banyak keberuntungan. Lihatlah perjalanan buku Anda karena setiap yang Anda keluarkan dan kerahkan untuk buku tersebut, akan kembali pada Anda sendiri!

Ditulis oleh : Radinal Mukhtar Harahap

0 komentar: