Self Publishing: Personal Branding
--Dan
Poynter--
Branding
adalah semua hal yang dipikirkan orang lain tentang Anda
--Al Ries dan Laura Ries--
Awali
branding Anda dengan tulisan
--Edy
Zaques--
Dan Poynter, peletak dasar self-publishing,
menggagas self publishing dengan salah satu alasannya adalah
masalah ekonomis. Tidak dapat dipungkiri lagi, ujarnya, bahwa dunia penerbitan
adalah dunia bisnis yang menggunakan kacamata untung-rugi dalam setiap
aktivitasnya. Maka tidak heran jika kemudian ada penolakan pada naskah-naskah
yang masuk ke meja redaksi, karena salah satu alasan penolakan tersebut adalah
naskah tersebut dinilai tidak mempunyai nilai jual bagi masyarakat.
Hal ini lazim untuk
dipahami. Penerbit, sebagai lembaga terkait hal ini, tentulah mempunyai
komponen-komponen yang memerlukan dana. Penerbitan kecil saja, ulasan dari Kang
Arul, penulis buku writerpreneurship membutuhkan setidaknya
biaya gaji karyawan bagian redaksi dan bagian pemasaran. Lain lagi bagi
komponen kantor seperti rekening listrik, pembelian ATK, penyediaan komputer
dan pendukungnya, pulsa atau tagihan telepon, biaya ekspedisi, sampai
pengeluaran biaya untuk produksi sebuah buku. Belum lagi hak penulis dalam
bentuk royalti atau pembelian putus.
Maka dengan alasan ekonomis
tersebutlah, muncul gagasan self-publishing Dan Poynter!
Lantas, apakah kaitan self-publishing dengan
personal branding?
Dalam beberapa pelatihan
menulis, saya sering berdialog dengan peserta dengan mengajukan pertanyaan
berikut:
Kita
sadar bahwa langkah paling mudah untuk menulis adalah menuliskan apa yang
terjadi pada diri kita sehari-hari. Hal itu seperti menulis diary. Namun,
apakah ada orang yang mau membaca tulisan tersebut?
Peserta pelatihan tidak
langsung menjawab. Mereka hanya tersenyum.
Jika
presiden menuliskan kegiatan sehari-harinya, adakah yang mau membaca?
“Ada...!” peserta menjawab serempak
“Artis? Penyanyi? Tokoh intelektual?”
“Ada...!”
“Jika kita?”
Peserta kembali terdiam dan
hanya menjawab dengan senyuman.
Mengapa?
Salah satu alasannya adalah
karena mereka mempunyai personal branding yang menjadikan
setiap orang mengenal mereka dengan cara tersendiri. Al ries dan Laura Ries,
dalam bukunya 22 Immutable Laws of Branding, mengatakan bahwa
proses branding adalah sebuah umpan balik dari yang ada dalam
pikiran orang lain karena, branding adalah semua hal yang
orang lain pikirkan tentang Anda.
Nah, lewat self-publishing tersebutlah,
kita dapat mengawali pembentukan personal branding bagi diri
kita masing-masing. Menjual tulisan karya sendiri --yang dibukukan secara self-publishing terbukti
ampuh. Edy Zaques mencontohkan sosok Hermawan Kartajaya,
Renald Khasali, Ary Ginanjar, Mario Teguh, Andrie Wongso, Andrias Harefa, Safir
Senduk dan lain sebagainya. Sebagai contoh konkrit para penikmat fungsi dan
manfaat buku sebagai alat personal branding. Itu semua dikarenakan
buku mempunyai citra ‘barang intelektual’ yang akan mempersepsikan seseorang
sebagai seorang yang pandai dan ahli dalam bidangnya. Buku juga menjadi
pengakuan akan kredibilitas dan keahlian. Lebih lanjut lagi, buku dapat menjadi
media yang lebih kompetitif dalam meningkatkan personal branding dibanding
iklan di media cetak atau elektronik karena relatif lebih mudah dikreasikan dan
lebih murah dalam pembiayaan.
Awal tahun 2010, guru
menulis saya, N. Faqih Syarif, menawarkan saya untuk melakukan self-publishing karena
melihat apa yang saya tulis di note facebook dan juga blog.
Beliau akhirnya membantu saya untuk menerbitkan buku yang diberi judul Menulis
Itu Asyik Lho!: Langkah Asyik Melejitkan Potensi Menulis. Terbit di bulan
Februari di tahun yang sama, saya tidak menyangka bahwa buku tersebut akhirnya
mengantarkan saya pada pengalaman yang amat menggairahkan. Lewat buku tersebut
saya belajar untuk menjadi seorang trainer yang berbagi
pengalaman tentang menulis.
Pengalaman tersebut
menjadikan saya lebih semangat untuk menulis. Koran menjadi target saya
selanjutnya. Undangan untuk mengadakan pelatihan semakin banyak seiring semakin
banyaknya tulisan saya yang dipublikasikan. Oktober 2010, antologi pertama saya
terbit. Desember 2010, antologi kedua juga terbit. Yang pertama berjudul Menulis,
Tradisi Intelektual Muslim terbitan Youth Publisher, sedangkan yang
kedua adalah Be-Positive terbitan Leutika.
Saya benar-benar merasakan
bahwa personal branding melalui tulisan begitu ampuh. Februari
2011, berkat peningkatan personal branding yang saya awali
dengan self-publishing akhirnya membuat saya mampu untuk
meyakinkan Gramedia Pustaka Utama agar menerbitkan buku saya yang berjudul Peaceful
Jihad For Teens.
Pengalaman di atas, semakin
membuat saya yakin pada apa yang dikatakan oleh Dan Poynter ketika mengajak banyak
orang untuk melakukan self-publishing lewat bukunya self-publishing
manual: Tulislah buku Anda! Cetak sendiri dan jual! Buku tersebut akan
meningkatkan personal branding Anda sehingga dikenal oleh
orang banyak. Dikenal banyak orang akan membawa Anda pada banyak keberuntungan.
Lihatlah perjalanan buku Anda karena setiap yang Anda keluarkan dan kerahkan
untuk buku tersebut, akan kembali pada Anda sendiri!
Ditulis oleh : Radinal
Mukhtar Harahap
0 komentar: