Kamis, 23 Februari 2012

Ketika “Newbie” Meraih Mimpi



Menulis, sebuah minat yang kini tengah menjalar pada sebagian besar masyarakat. Tak terbatas usia, muda dan dewasa saling berlomba untuk menuangkan segala ide yang bergerak di kepala, menangkapnya dalam rangkaian kalimat sarat makna dan menjadikannya selayak identitas diri bernama “Buku”. Sayang, menjamurnya para penulis pemula tak sebanding dengan jumlah penerbit yang ada.

Aku adalah salah satu dari mereka yang tengah berjuang meraih mimpi sebagai penulis. Walaupun menyadari kemampuan yang kupunya masih jauh dari kata “Sempurna”, namun serenade mimpi yang hendak kulukis masih berhak untuk kunalar. Selama beberapa tahun, aku hanya sanggup menuliskan segenap ide dalam file pribadi, tanpa berbesar hati untuk mempublikasikannya. Hingga suatu hari seorang sahabat maya menyapaku dengan sebuah kalimat yang kuanggap sentilan terindah dalam perjalanan hidupku, setidaknya sampai aku berada pada fase sekarang ini.

“Kenapa tak kau ikutkan lomba kepenulisan saja? Aku suka dengan gaya tulisanmu. Siapa tahu ada penerbit yang berminat.”

Itulah rangkaian kata penuh semangat yang membuka jalanku. Setelah kurenungi, aku yakin untuk mencoba dunia baru yang sama sekali belum pernah kujamah. Agustus 2010, untuk pertama kalinya tulisanku ikut serta dalam sebuah event dan alhasil namaku hanya terpampang sebagai peserta tanpa sebuah kata ”Juara” apalagi piala. Beberapa kali pengalaman serupa menyeruak dalam kisahku, hingga waktu menempatkanku pada sebuah kata putus asa. Namun apa aku harus tunduk pada kata ”Menyerah”? Lalu bagaimana dengan impian yang sudah lama aku bangun ? Mungkinkah semua hanya tinggal kenangan dan selamanya menjadi mimpi. Sungguh, aku tak pernah rela menyerahkan mimpi-mimpiku pada waktu dan membuat ”Kesempatan” berlalu tanpa sebuah kepastian... Tentang cita dan impian. Mimpiku tak bisa menunggu untuk menggapai bintang turun dalam wujud keajaiban. Bukankah semua harus diperjuangkan? Setidaknya itulah yang kuyakini.

Aku tak pernah menyerah untuk terus belajar dari setiap kegagalan yang kupunya, hingga suatu hari namaku tercatat sebagai salah satu pemenang yang karyanya akan diterbitkan dalam bentuk sebuah buku. Tak percaya tapi nyata. Setelah sekian lama menyusuri sudut-sudut toko buku dengan sejuntai khayalan bahwa suatu masa kelak namaku akan terpampang juga di sana, kini aku bisa membuktikan pada mereka yang percaya bahwa bakat itu ada.

Ada sedikit rasa penasaran kala itu, penerbit mana yang bersedia merogoh kocek untuk menerbitkan tulisan para pemula yang belum punya nama, masih adakah penerbit yang mau berspekulasi dengan hasil yang akan didapat setelah buku terbitannya dilempar ke pasaran? Dalam harap cemas aku mencoba mencari detil penerbit yang akan memproses karyaku dan beberapa penulis pemula lainnya. Sebuah kejutan baru hadir menyapa, penerbit tersebut memberikan kesempatan kepada seluruh penulis pemula untuk menerbitkan karyanya dalam bentuk buku, tentunya dengan kompensasi biaya ditanggung oleh penulis. Menilik beberapa paket yang tersedia, kurasa semua masih sangat wajar. Dengan harga seperti itu, setiap penulis diberi keleluasaan untuk mengekspresikan apa pun yang ingin disampaikan dalam bukunya. Bukan hanya tentang tulisannya, namun desain kover pun, penulis diberi kesempatan untuk menorehkan segala idenya. Sungguh, ini sangat membantu para penulis pemula sepertiku, untuk membangun sebuah benteng percaya diri agar tak langsung menyerah oleh sederet nama besar yang berada dalam daftar tunggu penerbit.

Adanya beberapa penerbit yang hanya bersedia untuk menerbitkan tulisan-tulisan para penulis ternama, dengan alasan karya mereka selalu ditunggu dan mempunyai segmen penggemar yang tak sedikit serta selalu setia menanti karya-karya mereka, membuat penerbit-penerbit tersebut merasa cukup aman dengan modal yang sudah mereka kucurkan. Lalu di mana celah yang bisa didapat oleh para ”Newbie” ?. Berdasarkan fakta tersebut, aku dan newbie lainnya lebih memilih Self Publishing. Self Publishing, sebuah fenomena baru dalam dunia kepenulisan. Secercah motor penggerak semangat untuk berkarya dan terus berkarya. Mereka telah memberi harga yang pantas bagi newbie-newbie, bukan tentang nilai materi tapi sebuah kesempatan untuk membuka peluang baru. Tanpa menjadi penulis pemula, takkan ada sebutan penulis besar. Segalanya harus diawali dan dimulakan.

Self Publishing, telah memberi kesempatan kepadaku dan mereka semua untuk mengukur kemampuan diri. Dengan melahirkan karya dalam bentuk buku, kami mempunyai kesempatan untuk mendapatkan kritik dan saran yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan karya berikutnya. Self Publishing, membuat kami mampu menakar kemampuan diri serta berinteraksi dalam bursa pasar kepenulisan, mencoba menjajaki pangsa pasar serta lebih leluasa melahirkan ide sesuai dengan jiwa kita, bukan sekedar tuntutan penerbit semata.

Dengan Self Publishing, setiap penulis pemula diajarkan banyak hal. Bukan hanya menerbitkan karya dalam bentuk buku saja. Namun segala hal yang berkaitan dengan buku yang akan diterbitkan secara detil, mereka memberikan kesempatan untuk berdiskusi. Mulai dari warna, kover, pilihan kata, layout serta grafis yang ingin ditampilkan. Sehingga kita dapat benar-benar puas dengan apa yang dihasilkan. Selain itu juga, memberi kesempatan kepada kita untuk belajar menjadi sales sekaligus manajer bagi karya sendiri. Penerbit-penerbit ini juga turut andil mempromosikan karya-karya kita melalui beberapa media. Lalu, adakah yang lebih komplet dari itu semua?

Kini, setelah enam bulan kiprahku dalam dunia kepenulisan, telah lebih dari dua puluh karyaku yang terlahir dari Self Publishing. Dan kini, sebuah naskah novel perdanaku juga bersiap untuk terbit dari tangan-tangan dingin mereka. Tanpa Self Publishing, aku takkan pernah bisa berada pada fase ini. Self Publishing, telah menjadikan mimpi para Newbie.... Kini nyata.

Newbie .... Mimpi itu harus diperjuangkan.

Self Publishing? Why Not ....

Ditulis oleh: Endang Ssn

0 komentar: